Sunday, September 12, 2010

Antara Perencana, Pengawas dan Pelaksana

Kita sebagai warga sipil (tentunya orang yang bergerak dalam dunia teknik sipil) pasti tidak asing lagi mendengar tiga kata diatas.....Perencana....Pengawas....Pelaksana....Ya, ketiganya merupakan orang dengan bidang keahlian hampir sama tapi memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Ketiganya merupakan asisten suatu perusahaan yang bertugas mengerjakan segala aktifitas proyek untuk mempermudah teknis/sistem pekerjaan, estimasi serta kontrol kualitas sesuai dengan yang direncanakan. Perencana, bertugas membuat perencanaan yaitu gambar rencana, estimasi biaya, serta detail dari item pekerjaan agar apa yang tertulis diatas kertas dapat dilaksanakan di lapangan dengan sebaik-baiknya.....Pelaksana, bertugas memberikan pengarahan kepada pekerja atas setiap detail pekerjaan yang akan dilakukan agar sesuai dengan gambar rencana....Dalam hal ini, pelaksana mempunyai tanggung jawab atas hasil akhir dari kualitas pekerjaan tersebut.....Sedangkan pengawas, mengemban tugas untuk memberikan penilaian dan kritik/saran apabila ada beberapa pekerjaan yang menyimpang....Pengawas berhak meminta pertanggung jawaban apabila ada pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar rencana, atau tidak sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Atas dasar tugas dan tanggung jawab masing-masing, tak jarang terjadi perselisihan antara ketiganya. Saling beradu argumen, saling mempertanggung jawabkan jabatan, bahkan mungkin saling menjatuhkan.....Itulah yang terjadi...Apalagi, dunia proyek kejamnya lebih kejam dari ibu tiri...Salah ngomong sedikit, bisa dianggap sentimen...Akan tetapi, kalau saja mereka selalu memahami bahwa apa yang mereka lakukan untuk kemajuan perusahaan dimana tempat mereka mengabdi, hal itu tentu saja bisa dihindari......Berikut ada beberapa tips untuk menjadi Perencana, Pengawas dan Pelaksana yang baik versi Mad Engineer:
  1. Perencana, hendaknya membuat gambar rencana yang mudah dipahami yang disertai dengan keterangan yang cukup dan juga memikirkan agar setiap pekerjaan itu dapat dimengerti dan dilaksanakan dengan mudah. Semua perhitungan atas kondisi dan kualitas dari hasil akhir hendaknya menyesuaikan dengan peraturan umum dan teori yang didapat dari bangku kuliah. Karena apa yang tertera dan telah disetujui, akan dikerjakan sesuai dengan perintah. Salah instruksi, otomatis pekerjaannya juga salah. Perencana berhak meminta Pelaksana untuk mempertanggungjawabkan apabila ada pekerjaan yang dilaporkan Pengawas tidak sesuai dengan gambar rencana.
  2. Pelaksana, harus memenuhi kewajiban untuk memerintahkan kepada pekerja agar melakukan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, efisiensi bahan sesuai dengan anggaran dan kualitas hasil akhir sesuai dengan rencana. Pelaksana berhak bertanya kepada Perencana apabila ada beberapa item pekerjaan yang belum jelas. Pelaksana juga berhak protes kepada Perencana apabila ada perencanaan yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan misalnya topografi dan kondisi tanah, geografis dan kondisi sekitar yang bisa berpengaruh terhadap jalannya proyek.
  3. Pengawas, berkewajiban untuk menilai atas hasil akhir dari pekerjaan apakah sudah sesuai dengan yang dipesankan Perencana ataukah ada penyimpangan. Apabila ada, Pengawas juga akan melayangkan protes kepada Pelaksana. Namun pengawas mempunyai kesalahan besar apabila tidak bisa membedakan salah dan benar atas pekerjaan yang diselesaikan.
Antara Pengawas dan Pelaksana sama-sama mempunyai tanggung jawab terhadap Perencana agar apa yang telah direncanakan tidak menyimpang. Dan Pelaksana juga tidak mendapatkan ijin melanjutkan item pekerjaan baru apabila pekerjaan lama belum disetujui untuk diakhiri. Sekian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi pembaca.....

Pelaksana vs Bang Mandor

Dalam dunia proyek, berskala besar ataupun kecil tak pernah luput dari mandor dan seorang pelaksana. Mandor atau kata lainnya pemborong pekerjaan bertugas memimpin para tukang dan pekerja agar bisa menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Sedangkan pelaksana bertugas mengawasi, memerintahkan dan menegur apabila ada penyimpangan pekerjaan sesuai dengan yang diisyaratkan oleh perusahaan yang melaksanakan proyek tersebut. Tak jarang kita jumpai antara Pelaksana dan Mandor beradu argumen tentang pelaksanaan dan metode kerja yang sedikit menyimpang dari aturan/perencanaan. Dan sering juga kita dengar kata-kata dari seorang mandor :"Emangnya anda sudah berpengalaman berapa tahun?". Seolah-olah dia tidak mau kalah sehingga membawa-bawa pengalamannya yang belum tentu semuanya berhasil melaksanakan pekerjaan dengan baik. Secara baku, posisi seorang mandor adalah dibawah perintah seorang pelaksana lapangan, yang bertugas menerjemahkan gambar, detail penulangan dll, dan tempat bertanya bagi para pekerja apabila ada bagian pekerjaan yang mereka belum paham tentang cara pelaksanaannya. Namun di lapangan, banyak juga mandor yang telah merasa menyelesaikan proyek berkali-kali(padahal tidak semuanya murni pekerjaan mereka) gengsi bertanya kepada pengawas dan dengan sangat bangga berkata "Ah, pekerjaan seperti itu sudah sangat sering saya lakukan, lebih gampang dari buang air besar"...Seperti pekerjaan yang saya lakukan beberapa waktu yang lalu, pengecoran kolom bundar setinggi 4 m. Sebagai seorang pelaksana, tentunya saya ingin pelaksanaan itu dikerjakan tanpa menimbulkan masalah baru. Steger/begesting kolom tersebut terbuat dari seng, dengan papan kayu pada tiap ujungnya. Pada saat pemasangan begesting itu saya memerintahkan "Pak, sebaiknya badan kolom diikat kawat dulu, baru dipasang dengan usuk agar posisi bundarnya tetap bagus"...Sang jawara proyek itu pun menjawab "sudahlah, ikuti saja metode saya...lagian saya juga sudah berkali-kali mengerjakan pekerjaan seperti ini, dan pekerjaan seperti ini tidaklah lebih sulit dari Buang Air Besar"......kata-kata itu tidak akan pernah saya lupakan....Singkat kata, kolom yang sudah dipasang begesting kemudian dicor. Perlu diketahui, begesting kolom yang panjangnya 4m ini disusun dari 4 buah begesting kolom masing-masing sepanjang 1 m. Jadi, dari tiap kolom dipasang 4 buah begesting. Setelah hari kedua dari pengecoran, begesting itupun dilepas untuk mengetahui hasilnya...Betapa terkejutnya semua pekerja ketika mengetahui kolom itu patah-patah di setiap sambungan begestingnya, belum lagi posisi bundar dari kolom tidak sempurna sesuai dengan bentuk begesting, karena pada saat pengecoran banyak terjadi perdarahan (bleeding). Seolah tak mau disalahkan mandor itu pun berkata :"Ya, nanti kita servis saja dengan acian"....Saya pun bertanya...."Saya dengar waktu ini Bapak mengatakan pekerjaan seperti ini lebih gampang dari BAB.....Saya gak ngerti, memang pekerjaannya yang gampang atau BAB Bapak yang sangat susah".....Pak mandor itu pun hanya diam, tak tahu apa dia tidak mengerti apa memang malu....Beberapa hari kemudian, masih dengan orang dan lokasi yang sama, dilakukan pemasangan bowplank untuk garase, dan titik garase pertama diambil tegak lurus dengan bangunan lain yang berjarak kira-kira 15 m. Pada saat mengukur siku-siku dari bowplank, saya bertanya :"biasanya cara Bapak bagaimana agar tahu bowplank itu siku atau tidak?"....dengan bangga dia berkata :"ya pake ukuran lah, masa pake siku 30 cm"....saya hanya diam saja....kemudian dia mengambil meteran sambil mengukur sisi-sisi dari bowplank itu....dia memberi tanda pada ukuran 60 cm, kemudian memberi tanda pada sisi yang satunya lagi pada ukuran 80 cm.....kedua sisi yang telah diberi tanda diukur (sisi miringnya), sehingga mendapat 100 cm......ya, itulah Theorema Phytagoras (jumlah kuadrat sisi siku-siku sama dengan kuadrat sisi miring).....matematika kelas 4 SD .....kemudian saya pura-pura bertanya "Apa maksudnya ukuran-ukuran itu Pak?"....dia menjelaskan, itulah hebatnya tukang profesional.....hanya tukang profesional yang bisa melakukannya....saya tidak mendapat penjelasan, namun saya tidak kecewa, karena saya sudah tahu waktu masih duduk di bangku SD.....kemudian saya bertanya, "bagaimana kalau meteran yang dipakai panjangnya tidak sampai 60 cm?berarti tidak bisa diukur donk?"....dia tidak mau kalah, "ya jangan sampai kurang dari 60 cm, sebab kalau kurang bangunannya nanti tidak siku"....saya bertanya lagi, "apa tidak ada ukuran lain selain 60, 80, 100 cm?"....dia berkata "tidak ada, harus segitu"....saya kemudian berpikir, kayaknya orang kaku seperti ini tidak akan pernah mengerti jika dijelaskan secara rinci.....saya hanya bilang, "ukuran yang menentukan siku sebuah bidang tidak hanya itu.....30, 40, 50, juga bisa....50, 120, 130 juga bisa.....kalau tidak percaya, Bapak ukur saja"....seolah ingin membuktikan bahwa saya salah, Bapak itupun langsung mengukur....saya pun tidak tahu, entah karena malu atau cuaca yang panas, mukanya jadi merah....itulah nilai plus yang dimiliki oleh seorang pelaksana, biarpun tidak bisa membangun kekuatan fisik untuk bekerja, kita wajib selalu bisa membangun kekuatan berpikir untuk memecahkan suatu masalah....asalkan jangan kekuatan berpikir yang kita punyai dipakai untuk memperdaya ataupun membohongi dan membodohi orang lain......semoga bermanfaat.....