Monday, July 2, 2012

menemukan dan ditemukan

14:40, nada dering Estranged - Guns n' Roses membangunkan saya dari tidur siang. Ternyata telp dari salah seorang mandor memberitakan bahwa proyek yang akan ditawarkannya telah siap untuk diambil langkah awal. Perencanaan gambar. Menarik garis pemikiran dari ide membangun rumah adalah pekerjaan saya, paling tidak sampai saat ini. Memang, saya bukan seorang arsitek. Ya, saya adalah "calon" Sarjana Teknik Sipil. Tapi pekerjaan gambar-menggambar rumah atau hunian sejenisnya sudah sering saya lakukan. Walaupun, tentu hasilnya sangat jauh dari karya seorang arsitek. Rata-rata yang memakai jasa saya adalah orang awam, atau setidaknya awam tentang dunia arsitektur. Mereka biasanya hanya menilai hasil akhir dari segi mutu dan estetika pribadi yang sangat terbatas.

Sore itu saya buat janji dengan mandor yang menelpon saya, namanya Pak Wayan. Dia adalah salah satu pekerja yang sangat sesuai dijadikan panutan. Orang kampung yang sederhana (sampai sekarang), sekolah dasarnya tidak terselesaikan karena masalah keadaan ekonomi pada waktu itu dan akhirnya mengejar ketertinggalannya dengan mengikuti Paket A-C, dan sampai sekarang beliau berencana untuk kuliah di salah satu PTS. Beberapa bisnis pribadi yang mulai menjamur dari mulai cetak batu alam, bengkel mobil, pabrik ban, cafe sampai lapangan futsal. Setidaknya itu sudah cukup untuk memberi gambaran betapa besarnya sebuah peluang kesuksesan bagi semua orang bahkan untuk orang yang tidak "berpendidikan" sekalipun. Sedangkan untuk orang yang "disekolahkan" orang tua (termasuk saya) dengan harapan bisa menjadi the next big thing....harusnya bisa lebih dari itu.

Menurut saya pribadi, sebenarnya setiap orang memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Yang membedakannya hanya usaha, dan tentu saja Doa. Lalu kenapa banyak orang yang tidak atau kurang berpendidikan bisa hidup lebih layak dari orang yang berpendidikan tinggi? Atau kenapa banyak orang yang tidak berpendidikan mempekerjakan orang yang berpendidikan tinggi? Jawaban yang saya dapat mungkin sama dengan kebanyakan orang, yaitu karena orang yang tidak berpendidikan tidak tahu resiko apa yang bisa dialami dari pekerjaannya. Sedangkan orang berpendidikan, terlalu banyak resiko yang dia tahu sehingga (mungkin) menimbulkan ketakutan tersendiri. Seperti halnya orang buta bisa berdiri gagah didepan herder yang kelaparan karena dia tidak melihat bahaya apapun yang bisa mengancamnya.

Kembali ke pertemuan saya dengan Pak Wayan, kami akan mengerjakan proyek sebuah showroom di daerah Karangasem. Beliau yang akan mengerjakan showroom tersebut dan meminta bantuan saya untuk membuat gambar perencanaan awal. Tanpa membicarakan harga, dia meminta saya untuk segera menyelesaikan gambar karena awal pembangunan akan dimulai 2 minggu lagi.
Sampai di rumah kost, saya segera memulai apa yang telah menjadi hobi dan pekerjaan saya. Sejak 2009 saya telah memulai pekerjaan ini karena saya memang menikmati untuk berpikir di depan laptop. Walaupun mungkin hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan pemilik bangunan, tapi setidaknya saya mencoba. Tapi bukan berarti saya menomor-duakan bidang Teknik Sipil sesuai dengan jurusan saya. Saya sangat mencintainya. Salah satu alasannya adalah Teknik Sipil mengajarkan saya untuk kritis, logis dan idealis walaupun mungkin saat ini belum.

Lima hari kemudian saya menelpon Pak Wayan untuk mengabarkan gambar yang saya buat telah rampung. Sore itu juga kami bertemu untuk menyerahkan pekerjaan saya. Entah suka atau tidak, tapi dia hanya manggut-manggut melihat gambar saya. Setelah satu demi satu gambar telah saya jelaskan, tanpa tawar menawar beliau langsung menyetujui nominal yang saya sebut untuk sebuah pekerjaan yang saya selesaikan selama lima hari. Kira-kira cukup untuk gaji dua orang PNS. Tak perlu ditanya lagi bagaimana perasaan saya saat perjalanan pulang. BAHAGIA!!! Memang itu bukan bayaran pertama yang saya dapat dari pekerjaan ini. Tapi setiap kali saya dibayar dari profesi ini saya senang. Saya selalu bermimpi andai tawaran seperti ini datang setiap bulan secara berkala. Atau setiap minggu, bahkan setiap hari.

Beberapa minggu kemudian, sambil menunggu jadwal ujian Tugas Akhir (skripsi) yang belum jelas saya merasa mulai bosan. Mulai muncul di pikiran saya kenapa tidak ada orang yang menelpon menawarkan pekerjaan lagi? Bosan dengan situasi "menunggu" jadwal ujian dan pekerjaan saya mulai aktif menghubungi orang-orang yang biasanya minta dibuatkan gambar.
Sambil menunggu jawaban saya berpikir tidak mungkin mendapatkan kualitas nominal yang sama ketika saya diminta untuk membuat gambar. Bedanya, dulu saya "dicari" untuk suatu pekerjaan sedangkan sekarang saya "mencari" pekerjaan untuk saya sendiri walaupun tujuannya untuk mempermudah orang lain. Situasi saat ini tidak akan memungkinkan untuk saya menetapkan bayaran, karena dalam posisi meminta seseorang untuk memakai jasa saya dan meminta dibayar atas pekerjaan saya. Sedangkan dulu saya dimintai jasa dan mereka sanggup membayar. Secara logis mungkin keadaan yang sama, tapi tidak secara etis. Mulai terlintas di pikiran saya apakah orang sebelumnya kecewa dengan pekerjaan saya? Mungkin iya.....Apakah saya seterusnya akan seperti ini menawarkan jasa kepada orang lain dan bersedia dibayar kurang? Mungkin tidak...

Setiap orang perlu proses....Bob Sadino harus berjalan dan mengetuk pintu setiap rumah untuk menawarkan telur ayam tanpa berpikir resiko diusir. Iwan Fals harus berjalan keliling kota sambil mengamen bahkan sampai ke kampus-kampus tanpa takut dilecehkan. Mario Teguh harus mengirim kata-kata mutiara ke alamat-alamat email tanpa takut resiko dicemooh. Dan dari sudut pandang saya orang sukses tersebut melakukan cara-cara itu supaya mereka dikenal. Minimal dikenal. Setelah dikenal, orang cenderung akan tahu apa yang orang-orang tersebut lakukan. Seperti kata-kata yang saya kutip dari salah seorang motivator "Untuk keberhasilan, bukan orang yang kita kenal yang membuat kita berhasil melainkan orang yang mengenal kita".

Ada banyak cara yang orang lakukan untuk membuat diri mereka "dikenal", salah satu contohnya upload video lipsync di YouTube. Memang, mereka seketika booming tapi perlahan hilang begitu saja. Ada banyak public figure yang patut kita teladani sebagai contoh orang yang menekuni bidangnya karena memang mereka menemukan passion nya di bidang itu. Ambil sisi baiknya, dan sisi negatifnya......abaikan!!!
Itulah sebabnya, promosi diri itu penting. Agar kita muncul di tengah-tengah masyarakat, kemudian bisa dilihat, dianggap dan akhirnya (mungkin) dihormati.

Kebanyakan orang selalu bermimpi alangkah enaknya bila mendapatkan pekerjaan yang mapan dengan gaji yang besar....Mengapa tidak terpikir bagaimana jika kita mampu mempekerjakan ribuan orang dengan gaji besar? Mungkin sekarang cuma mimpi, tapi saya rasa tidak salah kalau kita bermimpi. Mimpi itu gratis, jadi kenapa untuk mimpi saja kita tanggung? Mimpi memang tidak nyata, kalau nyata namanya rencana. Mereka juga mengawali semuanya dari mimpi yang sering disebut cita-cita. Dan mereka bisa.....Kenapa kita tidak?
Tapi bagai menaiki anak tangga, mimpi yang tidak nyata itu pasti bisa dibuat menjadi nyata dengan melakukan hal yang walaupun kecil tapi penting. Daripada melakukan sesuatu yang besar tapi tidak penting.
Dan setelah tahu passion kita dan serta menemukannya, suatu saat kita pasti akan DITEMUKAN oleh sesuatu yang bisa membuat kita menjadi besar.

No comments:

Post a Comment